Skip to main content

Biografi Tokoh Pahlawan Bugis yang Dikenal Dunia Lewat Kitab I La Galigo - Colliq Pujie


Colliq Pujie adalah seorang sastrawan, sejarahwan sekaligus ilmuwan. Nurhayati Rahman (2008) menegaskan hal ini. Kemampuan menyalin kembali dan mengedit La Galigo tentunya tidak bisa dilakukan sembarang orang. Hanya mereka yang betul-betul ahlilah yang bisa melakukannya. Dalam hal ini, Colliq Pujie telah memperlihatkan diri sebagai perempuan cerdas yang mengetahui secara baik dan mendalam sastra dan budaya Bugis. Selain itu, dia telah menulis karya-karya seperti La Toa, yang menurut Nurhayati merupakan kredo politik Colliq Pujie. Menyadur karya sastra bernilai tinggi baik yang berasal dari Bugis maupun bangsa lain seperti Melayu dan Persia juga dilakukan cucu saudagar ternama ini (Rahman, 2008: 115).


Ingin mendapatkan kaos, poster, tas, buku atau merchandise karya seni Seruni Bodjawati tentang pahlawan-pahlawan perempuan Indonesia? Hubungi: 085602897020 (WhatsApp) atau DM ke Instagram @seruni_bodjawati

Sebagai sejarahwan, pengetahuan dan pemahamannya dibuktikan saat perempuan beranak tiga ini misalnya menuliskan Sejarah Kerajaan Tanete. Kecerdasan Arung Pancana Toa juga menghantarkannya menciptakan huruf Bilang-bilang yang kemudian dijadikannya alat komunikasi rahasia dengan para pengikut dan sekutunya dalam upayanya menentang pendudukan Belanda di Tanah Bugis. Khusus huruf Bilang-bilang, Nurhayati berargumen bahwa surat menggunakan huruf rahasia inilah yang membuat pengikuti dan sekutunya melakukan beberapa perlawanan terhadap Belanda, terutama di Segeri dan Tanete (Rahman, 2008: 1). Bisa dihitung jari berapa gelintir orang di dunia ini yang mampu mencipta huruf, salah satunya adalah Colliq Pujie.

Masih banyak lagi kemampuan lain yang telah diperlihatkan Colliq Pujie seperti penguasaan administrasi dan keuangan pemerintahan ( berdasarkan pengalaman di Kerajaan Tanete) serta kepemimpinan (menjadi Ratu di Pancana dan Lamuru). Hal lain lagi yang bisa disebutkan adalah kemampuannya menguasai bahasa (Melayu, Bugis, Makassar dan Arab). Sudah barang tentu masih banyak lagi bakat dan kemampuan yang telah ditunjukkan oleh perempuan yang bernama Melayu Retna Kencana ini.

Hal ini kelihatannya yang paling banyak disorot dari seorang Colliq Pujie. Kemampuannya menyalin kembali sekaligus mengedit 12 jilid La Galigo telah menjadikannya sebagai intelektual dan sastrawan yang menjadikan epos Bugis tersebut bisa dibaca dan dipelajari siapa saja. Perempuan ini mampu menjadikan La Galigo tidak lagi hanya menjadi milik orang Bugis semata atau bangsa Indonesia saja, tapi menjadi milik dunia. Jika dulu bangsa-bangsa Eropa datang dan menduduki tanah Bugis, maka dengan La Galigo, Bugis-lah yang ”menguasai dunia” dengan caranya sendiri.

Selain itu, warisan sastra tersebut tidak hanya melintasi ruang, tapi juga waktu. Berbagai negara sekarang ini misalnya telah menikmati pertunjukan teatrikal La Galigo, padahal sang penulis ulang dan editornya telah terbaring tenang di alam keabadian lebih dari satu abad yang lalu di Tucae. Melalui banyak kajian tentang naskah tersebut ditambah dengan beberapa pertunjukan di berbagai negara, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa La Galigo telah menjadi salah satu pengharum nama Indonesia di tingkat internasional. Tentunya, semua ini tidak akan terjadi tanpa campur tangan dan keputusan Colliq Pujie untuk mau menuliskan ulang dan mengedit La Galigo lebih dari seratus tahun lalu.

Perpaduan dua hal: penggerak perjuangan fisik dan pemikir ulung

Indonesia memiliki beberapa pahlawan nasional perempuan. Salah satunya Tjoet Nyak Dhien (1848-1908) yang secara berani memporakporandakan Belanda dalam Perang Aceh. Perempuan ini maju memimpin pertempuran. Kita juga memiliki RA Kartini (1879-1904) yang bersemangat membebaskan diri dari belenggu keterkungkungan perempuan Jawa di masanya dengan melakukan pembebasan pikiran yang tertuang melalui surat-suratnya.

Namun, entah di sengaja atau tidak, ada dua sisi yang ingin ditonjolkan secara terpisah di sini tentang sosok perempuan sebagai pahlawan di Indonesia. Bisa jadi mereka dipandang luar biasa karena berjuang secara fisik ATAU karena dianggap sebagai pemikir yang melahirkan sesuatu yang luar biasa. Tetapi, saat mengenal, walaupun masih sangat awal, Colliq Pujie, yang lahir lebih dahulu dari kedua tokoh tersebut, ada nuansa berbeda ditemui.

Di Tanah Bugis, Colliq Pujie menjadi salah satu penentang kekuasaan Belanda. Anaknya sendiripun yang menjadi perpanjangan tangan Belanda, tanpa kompromis ditentang oleh perempuan pemberani ini. Oleh Nurhayati Rahman (2008), dia disebut sebagai aktor perlawanan rakyat. Belanda begitu mengkhawatirkan kemampuan dan karisma Colliq Pujie dalam mempengaruhi dan mengorganisir sekutu dan pengikutnya untuk melakukan perlawanan sehingga diapun, karena alasan politis, dikucilkan oleh Belanda selama 10 tahun dengan mendapat tunjangan seadanya. Inilah sisi lain Colliq Pujie.

Jadi, Colliq Pujie telah mampu memadukan dua kekuatan menjadi satu. Layaknya dua sisi mata uang koin, dalam diri seorang Colliq Pujie, semangat juang Tjoet Nyak Dhien dan para pejuang perempuan lain seakan bertemu dengan kekuatan intelektual Kartini, Dewi Sartika dan lainnya. Keduanya tidak terpisahkan dan saling melengkapi. Apa yang ditemui dalam diri Colliq Pujie ini bisa menjadi satu cara pandang baru di Indonesia dalam melihat ketokohan dan kepahlawanan perempuan.

Lukisan karya: Seruni Bodjawati. Judul: Sang Penyelamat I La Galigo. Media: Acrylic on Canvas. Ukuran: 120 x 100 cm. Tahun: 2020. Available.

Ingin mengoleksi lukisan asli karya Seruni Bodjawati untuk memperindah rumah/kantormu? Hubungi: 085602897020 (WhatsApp). Gratis biaya pengiriman, sertifikat resmi, dan berbagai bonus ekslusif.

If you would like to buy this original artwork directly from the artist, order custom art or any business inquiries, please contact: +6285602897020 (WhatsApp), send an e-mail to serunibodjawati@gmail.com, or send Direct Message on Instagram @seruni_bodjawati

Worldwide Shipping

Popular posts from this blog

Art Gallery Jakarta: A Premier Collection of Indonesian Masterpieces

Discover an exquisite world of art at Art Gallery Jakarta, a haven for art enthusiasts and collectors alike. With a stunning array of over 700 masterful artworks, including paintings, sketches, and sculptures, our gallery proudly showcases the legacy of renowned Indonesian artists who have shaped the nation's art scene. Our distinguished collection proudly showcases an impressive roster of renowned artists, each contributing a unique and captivating perspective to the world of art. From the timeless paintings of Basuki Abdullah and the evocative narratives of Dullah to the vibrant canvases of Hendra Gunawan and the thought-provoking visions of Hendro Juwono, our gallery presents a harmonious blend of artistic mastery. Discover the emotive sculptures of Surono, the intricate sketches by Kartono Yudhokusumo, and the enchanting creations of Widayat and Saptoto. Immerse yourself in the creative brilliance of Batara Lubis, Djajeng Asmara's intricate details, and the captivating expr...

Biography of Indonesian Woman Artist Seruni Bodjawati

Seruni Bodjawati is an Indonesian woman artist and painter who has received various awards in the field of art and culture. Her artworks and paintings have been displayed in galleries and museums in various cities in Indonesia as well as in countries across Asia, Europe, and America. Seruni Bodjawati started painting at a young age and won various children's painting competitions in Yogyakarta and Central Java since the age of three. She pursued her formal education in Bachelor's of Fine Arts in Painting at the Indonesian Institute of the Arts Yogyakarta and Master's in Fine Arts Creation at the Postgraduate Institute of Indonesian Arts Yogyakarta. Continuously dedicated to the field of art, Seruni consistently expanded her creative scope by producing indie art films, creating Javanese Wayang puppet theater, managing art projects, and writing art essays while also teaching at universities. Seruni authored the art history literacy book "Perempuan-Perempuan Menggugat...